4. Sifat Pribadi Minang
Salah satu tujuan adat pada umumnya, adat Minang pada khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, manusia yang beradab.
Dari manusia-manusia yang beradab itu diharapkan akan melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Suatu Baldatun Toiyibatun wa Rabbun Gafuur. Suatu masyarakat yang aman dan damai dan selalu dalam lindungan Tuhan.
Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-manusia dengan sifat-sifat dan watak tertentu. Sifat-sifat yang ideal itu menurut adat Minang antaranya sebagai berikut :
a. Hiduik Baraka, baukue jo bajangka artinya hidup berpikir, berukur dan berjangka
Dalam menjalankan hidup dan kehidupan orang Minang dituntut untuk selalu memakai akalnya. Berukur dan berjangka artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat.
Kelebihan manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga alat tersebut adalah otak, otot dan hati.
Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan sinergi ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya.
Dengan mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia antara lain akan selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut :
Dalam mulo akhie mambayang Dalam awal akhir terbayang
Dalam baiak kanalah buruak Dalam baik ingatlah buruk
Dalam galak tangieh kok tibo Dalam tawa tangis menghadang
Hati gadang hutang kok tumbuah Hati ria hutang tumbuh
Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga tetap selalu waspada.
Alun rabah lah ka ujuang Belum rebah sudah keujung
Alun pai lah babaliak Belum pergi sudah kembali
Alun di bali lah bajua Belum dibeli sudah dijual
Alun dimakan lah taraso Belum dimakan sudah terasa
Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya. Pendek kata dibuat rencana yang mantap dan terinci.
Dihawai sahabih raso Diraba sehabis rasa
Dikaruak sahabih gauang Dijarah sehabis lobang
Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah :
Mangaji dari alif Mengaji dari alif
Babilang dari aso Berhitung dari satu
Dalam melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan. Jangan asal berbuat tanpa berpikir.
Mancancang balandasan Mencencang berlandasan
Malompek basitumpu Melompat bersitumpu
Dalam melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan mereka menderita penyakit "Excessive Individualisme", penyakit susah diatur, merasa lebih super dari orang lain, karenanya dihinggapi penyakit "pantang taimpik".
Struktur organisasi dipenghujung abad ke XX ini, baik organisasi pemerintah, angkatan bersenjata, organisasi sosial, maupun organisasi perusahaan mempunyai struktur piramida, lancip ke atas.
Struktur organisasi yang semacam ini, memaksa orang-orang dalam formasi yang berlanggo-langgi, atau bertingkat-tingkat. Ada yang disebut bawahan dan ada atasan, ada yang memerintah dan ada pula yang harus menjalankan perintah. Orang Minang kebanyakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pola kemasyarakatan yang baru ini. Apalagi bila dalam organisasi itu hanya balego awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo "Iyo kan nan kato beliau, tapi lakukan nan diawak". Inilah agaknya salah satu sebab kenapa dipenghujung abad XX ini orang-orang Minang sudah jarang yang menonjol dipentas nasional. Kalau ada yang menonjol satu dua, maka yang duduk menjadi bawahannya, mungkin sekali bukan orang Minang. Mari kita koreksi diri kita masing-masing dan mari kita pelajari kembali ajaran adat kita yang berbunyi sbb :
Bajalan ba nan tuo Berjalan dengan yang tua
Balayie ba nakhodo Berlayar ber-nakhoda
Bakata ba nan pandai Berkata dengan yang pandai
Pepatah diatas mengisyaratkan bahwa nenek moyang kita lebih memahami pola organisasi modern dibandingkan kita. Renungkanlah.
Masih bayak diantara kita yang belum punya cita-cita hidup. Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun ada juga yang punya cita-cita , tetapi tidak tahu bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu.
Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu. Cobalah kita cermati pepatah berikut :
Nak kayo kuek mancari Ingin kaya, bekerja keraslah
Nak tuah bertabur urai Ingin tuah, bertabur hartalah
Nak mulie tapeki janji Ingin mulia, tepati janji
Nak namo tinggakan jaso Ingin nama, berjasalah
Nak pandai kuek baraja Ingin pandai, rajinlah belajar
Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita dapat membaca perasaan oang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita kenal dengan ilmu empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam posisi orang lain. Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah mengajarkan dengan tepat sebagai berikut :
Elok dek awak Yang elok menurut kita
Katuju dek urang (Namun juga) disukai orang lain
Segala sesuatu yang munurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu dianggap baik pula oleh orang lain. Kacamata yang dipakai mungkin sekali berbeda, sehingga pendapatpun berbeda pula. Kepala sama hitam, pikiran berbeda-beda.
Nenek moyang orang Minang, sebelum ilmu manajemen berkembang di tanah air sejak tahun 1950-an yang lalu, telah lama meyakini bahwa "perencanaan yang matang" adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya :
Balabieh ancak-ancak Berlebihan berarti ria
Bakurang sio-sio Kalau kurang sia-sia
Diagak mangko diagieh Dihitung dulu baru dibagi
Dibaliek mangko dibalah Dibalik dulu baru dibelah
Bayang-bayang sepanjang badan Bayang-bayang sepanjang badan (Beban
jangan lebih dari kemampuan)
Nan babarieh nan dipahek Yang dibaris yang dipahat
Nan baukue nan dikabuang Yang diukur yang dipotong
Jalan nan luruih nan ditampuah Jalan lurus yang ditempuh
Labuah pasa nan dituruik Jalan yang lazim yang dituruti
Di garieh makanan pahat Digaris makanan pahat
Di aie lapehkan tubo Di air lepaskan racun
Tantang sakik lakek ubek Ditempat yang sakit diberi obat
Luruih manantang barieh adat Lurus menentang baris adat
b. Baso basi - malu jo sopan
Adat Minang mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu Minang.
Adat Minang menyebutkan sebagai berikut :
Nana kuriak iyolah kundi Yang burik ialah kundi
Nan merah iyolah sago Yang merah ialah sega
Nan baiak iyolah budi Yang baik ialah budi
Nan indah iyolah baso Yang indah ialah basa (basi)
Kuek rumah dek basandi Kuatnya rumah karena sendi
Rusak sandi rumah binaso Rusak sendi rumah binasa
Kuek bangso karano budi Kuatnya bangsa karena budi
Rusak budi bangso binaso Rusak budi bangsa binasa
Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:
Nan tuo dihormati Yang tua dihormati
Nan ketek disayangi Yang kecil disayangi
Samo gadang bawo bakawan Sama besar bawa berkawan
Ibu jo bapak diutamakan Ibu dan ayah diutamakan
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan :
Dek ribuik rabahlah padi Karena ribut rebahlah padi
Di cupak Datuak Tumangguang Di cupak Datuk Tumenggung
Hiduik kok tak babudi Hidup kalau tak berbudi
Duduak tagak kamari cangguang Duduk berdiri serba canggung
Rarak kaliki dek binalu Gugur pepaya karena benalu
Tumbuah sarumpun ditapi tabek Tumbuh serumpun di tepi tebat
Kalau habih raso jo malu Kalau habis rasa dan malu
Bak kayu lungga pangabek Bagaikan kayu longgar pengikat
Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang. Karena itu selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi) dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang, kendatipun sudah putih tulang di dalam tanah.
Pepatah menyebutkan sbb:
Pucuak pauah sadang tajelo Pucuk pauh sedang terjela
Panjuluak bungo linggundi Penjuluk bunga linggundi
Nak jauah silang sangketo Supaya jauh silang sengketa
Pahaluih baso jo basi Perhalus basa basi (budi pekerti)
Pulau pandan jauah ditangah Pulau pandan jauh di tengah
Dibaliak pulau angso duo Dibalik pulau angsa dua
Hancua badan di kanduang tanah Hancur badan dikandung tanah
Budi baiak takana juo Budi baik terkenang juga
Nak urang koto ilalang Anak orang koto Hilalang
Nak lalu ka pakan baso Mau lewat ke pekan Baso
Malu jo sopan kok lah ilang Malu dan sopan kalau sudah hilang
Habihlah raso jo pareso Habislah rasa dan periksa
c. Tenggang raso
Perasaan manusia halus dan sangat peka. Tersinggung sedikit dia akan terluka, perih dan pedih. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Kalau sampai perasaan terluka, bisa membawa bencana. Karena itu adat mengajarkan supaya kita selalu berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang dianjurkan adat.
Pepatah memperingatkan sebagai berikut :
Bajalan paliharo kaki Berjalan pelihara kaki
Bakato paliharo lidah Berkata pelihara lidah
Kaki tataruang inai padahannyo Kaki tertarung inai imbuhannya
Lidah tataruang ameh padahannyo Lidah tertarung emas imbuhannya
Bajalan salngkah madok suruik Berjalan selangkah, lihat kebelakang
Kato sapatah dipikia an Kata sepatah dipikirkan
Nan elok dek awak katuju dek urang
Lamak dek awak lamak dek urang
Sakik dek awak sakik dek urang
artinya :
Yang baik menurut kita, harus juga disukai orang lain
Yang enak menurut kita, harus juga enak menurut orang
Kalau sakit bagi kita, sakit pula bagi orang
d. Setia (loyal)
Yang dimaksud dengan setia adalah teguh hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini menjadi sumber dari lahirnya sifat setia kawan, cinta kampung halaman, cinta tanah air, dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu, saling membela dan saling berkorban untuk sesama.
Pepatah menyebutkan sbb:
Malompek samo patah Melompat sama patah
Manyarunduak samo bungkuak Menyerunduk sama bungkuk
Tatungkuik samo makan tanah Tertelungkup sama makan tanah
Tatalantang samo minun aia Tertelantang sama minun air
Tarandam samo basah Terendam sama basah
Rasok aia pulang ka aia Resapan air kembali ke air
Rasok minyak pulang ka minyak Resapan minyak kembali ke minyak
Bila terjadi suatu konflik, dan orang Minang terpaksa harus memilih, maka orang Minang akan memihak pada dunsanaknya. Dalam kondisi semacam ini, orang Minang sama fanatiknya dengan orang Inggris. Right or wrong is my country. Kendatipun orang Minang "barajo ka nan bana", dalam situasi harus memihak seperti ini, orang Minang akan melepaskan prinsip.
Pepatah adat mengajarkan sbb:
Adat badunsanak, dunsanak patahankanAdat bakampuang, kampuang patahankanAdat banagari, nagari patahankanAdat babangso, bangso patahankanartinya :Adat bersaudara, saudara dipertahankanAdat berkampung, kampung dipertahankanAdat bernegeri, negeri dipertahankanAdat berbangsa, bangsa dipertahankan
Parang ba suku samo dilipekParang samun samo dihadapiartinyaPerang antar suku sama disimpanPerang terhadap penjahat sama dihadapi
Dengan sifat setia dan loyal semacam ini, pengusaha Minang sebenarnya lebih dapat diandalkan menghadapi era globalisasi, karena kadar nasionalismenya tidak perlu diragukan.
e. Adil
Adil maksudnya mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah, dan berpegang teguh pada kebenaran. Bersikap adil semacam ini, sangat sulit dilaksanakan bila berhadapan dengan dunsanak sendiri. Satu dan lain hal karena adanya pepatah adat yang lain yang berbunyi "Adat dunsanak, dunsanak dipatahankan".
Adat Minang mengajarkan sbb :
Bakati samo barek Menimbang sama berat
Maukua samo panjang Mengukur sama panjang
Tibo dimato indak dipiciangkan Tiba dimata tidak ditutupkan
Tibo diparuik indak dikampihkan Tiba diperut tidak dikempiskan
Tibo didado indak dibusuangkan Tiba didada tidak dibusungkan
Mandapek samo balabo Mendapat sama beruntung
Kahilangan samo marugi Kehilangan sama merugi
Maukua samo panjang Mengukur sama panjang
Mambilai samo laweh Menyambung sama luas
Baragiah samo banyak Berbagi sama banyak
Gadang kayu gadang bahannyo Besar kayu besar bahannya (iuran)
Ketek kayu ketek bahannyo Kecil kayu kecil bahannya (andilnya)
Nan ado samo dimakan Yang ada sama dimakan
Nan indak samo dicari Yang tidak ada, sama dicari
Hati gajah samo dilapah Hati gajah sama disuap
Hati tungau samo dicacah Hati kuman sama dicicip (dicercah)
Gadang agiah baumpuak Yang besar dibagi beronggok
Ketek agiah bacacah Yang kecil dibagi secercah
(Kata-kata "dimata,diperut, didada dalam hal ini artinya bila masalah itu menyangkut dunsanak kita sendiri).
f. Hemat Cermat
Pepatah adat menyebutkan sbb:
Manusia
Nan buto pahambuih saluang Yang buta peniup lesung
Nan pakak palapeh badia Yang tuli pelepas bedil
Nan patah pangajuik ayam Yang patah pengusir ayam
Nan lumpuah paunyi rumah Yang lumpuh penunggu rumah
Nan binguang kadisuruah-suruah Yang dungu untuk suruh-suruhan
Nan buruak palawan karajo Yang jelek penantang kerja
Nan kuek paangkuik baban Yang kuat pengangkut beban
Nan tinggi jadi panjuluak Yang tinggi jadi galah
Nan randah panyaruduak Yang pendek penyeruduk
Nan pandai tampek batanyo Yang pandai tempat bertanya
Nan cadiak bakeh baiyo Yang cerdik tempat berunding
Nan kayo tampek batenggang Yang kaya tempat minta tolong
Nan rancak palawan dunia Yang cantik pelawan dunia
Tanah
Nan lereng tanami padi Yang lereng tanami padi
Nan tunggang tanami bamboo Yang tunggang tanami bambu
Nan gurun jadikan parak Yang gurun jadikan kebun
Nan bancah jadikan sawah Yang basah jadikan sawah
Nan padek ka parumahan Yang padat untuk perumahan
Nan munggu jadikan pandam Yang ketinggian jadikan kuburan
Nan gauang ka tabek ikan Yang berlubuk jadikan tambak ikan
Nan padang tampek gubalo Yang padat tempat gembala
Nan lacah kubangan kabau Yang berlumpur kubangan kerbau
Nan rawan ranangan itiak Yang berawa renangan itik
Kayu
Nan kuek ka tunggak tuo Yang kuat untuk tiang utama
Nan luruih ka rasuak paran Yang lurus untuk sudut paran
Nan lantiak ka bubungan Yang lentik untuk bubungan
Nan bungkuak ka tangkai bajak Yang bungkuk untuk tangkai bajak
Nan ketek ka tangkai sapu Yang kecil untuk tangkai sapu
Nan satampok ka papan tuai Yang setapak tangan untuk ani-ani
Rantiangnyo ka pasak suntiang Rantingnya untuk pasak sunting
Abunyo pamupuak padi Abunya pemupuk padi
Bambu
Nan panjang ka pambuluah Yang panjang untuk pembuluh (saluran)
Nan pendek ka parian Yang pendek untuk perian (tempat air)
Nan rabuang ka panggulai Yang rebung untuk penggulai (digulai)
Sagu
Sagunyo ka baka huma Sagunya untuk bekal ke dangau
Ruyuangnyo ka tangkai bajak Ruyungnya ke tangkai bajak
Ijuaknyo ka atok rumah Ijuknya untuk atap rumah
Pucuaknyo ka daun paisok Pucuknya untuk daun rokok
Lidinyo ka jadi sapu Lidinya untuk sapu
g. Waspada
Sifat waspada dan siaga termasuk sifat yang dianjurkan adat Minang seperti sbb :
Maminteh sabalun anyuik Memintas sebelum hanyut
Malantai sabalun lapuak Dibuat lantai baru sebelum lapuk
Ingek-ingek sabalun kanai Siaga sebelum kena (bahaya)
Sio-sio nagari alah Sia-sia negeri akan kalah
Sio-sio utang tumbuah Sia-sia hutang timbul
Siang dicaliak-caliak Siang dilihat-lihat (waspada)
Malam didanga-danga Malam didengar-dengar
h. Berani karena benar
Islam mengajarkan kita untuk mengamalkan "amal makruf, nahi mungkar" yang artinya menganjurkan orang supaya berbuat baik, dan mencegah orang berbuat kemungkaran.
Menyuruh orang berbuat baik adalah mudah. Tapi melarang orang berbuat mungkar, mengandung resiko sangat tinggi. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhan. Untuk bertindak menghadang kemungkaran seperti ini, memerlukan keberanian.
Adat Minang dengan tegas menyatakan bahwa orang Minang harus punya keberanian untuk menegakkan kebenaran. Berani karena benar. Pepatahnya adalah sbb :
Kok dianjak urang pasupadan Kalau dipindahkan orang pematang
Kok dialiah urang kato pusako Kalau dirubah orang Adat Miang
Kok dirubah urang Kato Daulu Kalu dirubah orang Kato Dahulu
Jan cameh nyawo malayang Jangan cemas jiwa melayang
Jan takuik darah taserak Jangan takut darah menyembur
Asalkan lai dalam kabanaran Asalkan masih dalam kebenaran
Basilang tombak dalam perang Bersilang tombak dalam perang
Sabalun aja bapantang mati Sebelum ajal berpantang mati
Baribu sabab mandating Beribu sebab yang dating
Namun mati hanyo sakali Namun mati hanya sekali
Aso hilang duo tabilang Esa hilang dua terbilang
Bapantang suruik di jalan Berpantang mundur di jalan
Asa lai angok-angok ikan Asal masih nafas-nafasan ikan
Asa lai jiwo-jiwo sipatuang Asal masih jiwa-jiwanya capung
Namun nan bana disabuik juo Namun yang benar disebut juga
Sekali kato rang lalu Sekali orang berbicara lancing
Anggap angin lalu sajo Anggaplah angin lalu saja
Duo kali kato rang lalu Dua kali orang berbicara lancing
Anggap garah samo gadang Anggaplah lelucon sesama temen
Tigo kali kato rang lalu Tiga kali orang berbicara lancing
Jan takuik darah taserak Jangan takut darah tersembur
i. Arif bijaksana, tanggap dan sabar
Orang yang arif bijaksana, adalah orang yang dapat memahami pandangan orang lain. Dapat mengerti apa yang tersurat dan yang tersirat. Tanggap artinya mampu menangkis setiap bahaya yang bakal datang. Sabar artinya mampu menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih.
Ketiga sifat ini termasuk yang dinilai tinggi dalam adat Minang, seperti kata pepatah berikut :
Tahu dikilek baliuang nan ka kaki Tahu dengan kilat beliung kekaki
Kilek camin nan ka muka Kilat cermin yang ke muka
Tahu jo gabak diulu tando ka ujan Tahu dengan mendung dihulu tandakan
hujan
Cewang di langik tando ka paneh Mega dilangit tandakan panas
Ingek di rantiang ka mancucuak Ingat ranting yang akan menusuk
Tahu didahan ka maimpok Tahu dahan yang akan menimpa
Tahu diunak kamanyangkuik Tahu duri yang akan mengait
Pandai maminteh sabalun anyuik Pandai memintas sebelum hanyut
Begitulah adat Minang menggambarkan orang-orang yang arif bijaksana dan tanggap terhadap masalah yang akan dihadapi. Orang-orang yang sabar diibaratkan oleh pepatah sbb:
Gunuang biaso timbunan kabuki Gunung biasa timbunan kabut
Lurah biaso timbunan aia Lurah biasa timbunan air
Lakuak biaso timbunan sampah Lekuk biasa timbunan sampah
Lauik biaso timbunan ombak Laut biasa timbunan ombak
Nan hitam tahan tapo Yang hitam tahan tempa (pukul)
Nan putiah tahan sasah Yang putih tahan cuci
Di sasah bahabih aia Dicuci berhabis air
Dikikih bahabih basi Dikikir berhabis besi
j. Rajin
Sifat yang lain yang pantas dipunyai orang Minang menurut adat adalah rajin seperti kata pepatah berikut ini :
Kok duduak marawuik ranjau Kalau duduk meraut ranjau (jebakan)
Tagak maninjau jarah Berdiri mengintai mangsa (berburu)
Nan kayo kuek mancari Ingin kaya ulet mencari (uang)
Nan pandai kuek baraja Ingin pandai rajin belajar
k. Rendah hati
Mungkin lebih dari separoh orang Minang hidup dirantau. Hidup dirantau artinya hidup sebagai minoritas dalam lingkungan mayoritas suku bangsa lain. Mereka yang merantau ke Jakarta, mungkin kurang merasakan sebagai kelompok minoritas.Tapi mereka yang merantau ke Bandung, Semarang, Malaysia, Australia, Eropa, Amerika mereka hidup ditengah-tengah orang lain yang berbudaya lain. Bagaimana perantau Minang harus bersikap ?
Adat Minang memberi pedoman sbb:
Kok manyauak di hilie-hilie Kalau menimba (air) di hilir-hilir
Kok mangecek dibawah-bawah Kalau bicara bersahaja
Tibo dikandang kambiang mangembek Tiba dikandang kambing mengembek
Tibo dikandang kabau manguak Tiba dikandang kabau menguak
Dimano langik dijunjuang Dimana langit dijunjung
Disinan bumi dipijak Disana bumi dipijak
Disitu rantiang di patah Disitu ranting di patah
Ini berarti sebagai perantau yang hidup dalam lingkungan budaya lain, maka kita sebagai kelompok yang minoritas harus tahu diri dan pandai menempatkan diri. Baris pertama diatas tidak berarti kita harus merasa rendah diri, tetapi justru berarti kita orang yang tahu diri sebagai pendatang. Bila dalam beberapa saat kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, malah bisa jadi orang teladan dan tokoh masyarakat dilingkungan baru. Pada saat itu dia tidak perlu lagi "manyauak di hilie-hilie" malah mungkin menjadi "disauakkan dihulu-hulu", didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, diangkat menjadi pemimpin bagaikan penghulu dilingkungannya.
Sumber : Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar